Senin, 13 April 2015

Nama   : Fatahillah Futuwwah Rais
Kelas   : ITA04
NPM   : 14314016

Legenda Situ Bagendit
Alkisah, pada suatu desa di daerah Jawa Barat tinggallah seorang janda muda yang kaya raya. Dia memiliki harta yang melimpah namun sifatnya sangat kikir, karena itu penduduk desa memanggilnya Bagenda Endit. Selain memiliki harta yang banyak, Bagenda Endit juga mewarisi pekerjaan almarhum suaminya sebagai seorang rentenir.
Suatu hari datang seorang pengemis dan anaknya meminta makan, namun Nyai Bagendit yang kikir malah menyiramnya dengan air. Keesokan harinya beberapa warga datang untuk meminta air dari sumur, karena hanya Bagenda Endit satu-satunya penduduk desa yang mempunyai sumur. Namun karena Bagenda Endit sangat kikir, dia tidak memberikan sedikitpun airnya. Beberapa saat kemudian datanglah seorang kakek bertongkat meminta sedikit air untuk minum, bukannya memberikan, Bagenda Endit malah memukuli kakek itu dengan tongkatnya hingga babak belur. Kakek itu merasa sakit hati dan kemudian dengan sisa tenaganya dia menancapkan tongkatnya di halaman rumah Bagenda Endit, ketika tongkat itu dicabut keluarlah pancuran air yang deras dan tidak dapat dihentikan.
Penduduk desa sibuk menyelamatkan diri dari desa tersebut, namun karena kekikirannya Bagenda Endit sibuk ingin menyelamatkan seluruh harta bendanya. Air yang terus memancar akhirnya menenggelamkan seisi desa termasuk Bagenda Endit dan seluruh harta kekayaannya. Akhirnya tempat itu dinamakan Situ Bagendit, Situ artinya Danau yang luas dan Bagendit diambil dari nama Bagenda Endit.

Nilai yang dapat diambil :
1.      Nilai Kesenangan
Dengan adanya cerita legenda dapat memberikan kesenangan tersendiri bagi para pembaca, karena mendengarkan asal-usul terbentuknya suatu tempat. Pembaca juga dapat merasakan perasaan yang dituangkan dalam ceritanya.

2.      Nilai Informasi
Dari kisah ini penggambaran dalam tulisan membuat pembaca mendapat informasi pada bagian cerita
Sungguh malang nasib kakek tua itu. Bukannya air minum yang diperoleh dari janda itu melainkan penganiayaan. Sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, kakek itu berusaha meraih tongkatnya untuk bisa bangkit kembali. Dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya, kakek itu menancapkan tongkatnya di halaman rumah Bagende Endit. Begitu ia mencabut tongkat itu tiba-tiba air menyembur keluar dari bekas tancapan tongkat itu. Bersamaan dengan itu, kakek itu pun menghilang entah kemana”
Pembaca dapat membayangkan dan mengetahui bagaimana sifat kikir dan tamak Bagenda Endit, sampai tega menganiaya seorang kakek renta yang hanya minta air.

3.      Nilai Warisan Budaya
Dari cerita tersebut didapatkan warisan budaya berupa suatu tempat wisata yang berada di daerah Garut, Jawa Barat. Yaitu tempat wisata Situ Bagendit.

4.      Nilai Keseimbangan Wawasan
Nilai keseimbangan wawasan yang bisa kita dapatkan dari cerita ini adalah pengetahuan dari berbagai sudut pandang tentang bagaimana kita dapat membawa diri kita agar menjadi orang yang baik hati, tidak kikir, dan tidak tamak. Karena sifat kikir dan sifat buruk lainnya sendiri dapat menjerumuskan kita dalam bahaya.

Sumber Cerita :


1 komentar: