Nama :
Fatahillah Futuwwah Rais
Kelas : 1TA04
NPM :
14314016
Legenda Situ Bagendit
Alkisah, pada
suatu desa di daerah Jawa Barat tinggallah seorang janda muda yang kaya raya.
Dia memiliki harta yang melimpah namun sifatnya sangat kikir, karena itu penduduk
desa memanggilnya Bagenda Endit. Selain memiliki harta yang banyak, Bagenda
Endit juga mewarisi pekerjaan almarhum suaminya sebagai seorang rentenir.
Suatu hari
datang seorang pengemis dan anaknya meminta makan, namun Nyai Bagendit yang
kikir malah menyiramnya dengan air. Keesokan harinya beberapa warga datang
untuk meminta air dari sumur, karena hanya Bagenda Endit satu-satunya penduduk
desa yang mempunyai sumur. Namun karena Bagenda Endit sangat kikir, dia tidak
memberikan sedikitpun airnya. Beberapa saat kemudian datanglah seorang kakek
bertongkat meminta sedikit air untuk minum, bukannya memberikan, Bagenda Endit
malah memukuli kakek itu dengan tongkatnya hingga babak belur. Kakek itu merasa
sakit hati dan kemudian dengan sisa tenaganya dia menancapkan tongkatnya di
halaman rumah Bagenda Endit, ketika tongkat itu dicabut keluarlah pancuran air
yang deras dan tidak dapat dihentikan.
Penduduk desa
sibuk menyelamatkan diri dari desa tersebut, namun karena kekikirannya Bagenda
Endit sibuk ingin menyelamatkan seluruh harta bendanya. Air yang terus memancar
akhirnya menenggelamkan seisi desa termasuk Bagenda Endit dan seluruh harta
kekayaannya. Akhirnya tempat itu dinamakan Situ Bagendit, Situ artinya Danau
yang luas dan Bagendit diambil dari nama Bagenda Endit.
Nilai yang dapat diambil :
1.
Nilai
Kesenangan
Dengan adanya
cerita legenda dapat memberikan kesenangan tersendiri bagi para pembaca, karena
mendengarkan asal-usul terbentuknya suatu tempat. Pembaca juga dapat merasakan
perasaan yang dituangkan dalam ceritanya.
2.
Nilai
Informasi
Dari kisah ini
penggambaran dalam tulisan membuat pembaca mendapat informasi pada bagian
cerita
“Sungguh
malang nasib kakek tua itu. Bukannya air minum yang diperoleh dari janda itu
melainkan penganiayaan. Sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, kakek
itu berusaha meraih tongkatnya untuk bisa bangkit kembali. Dengan sisa-sisa
tenaga yang dimilikinya, kakek itu menancapkan tongkatnya di halaman rumah
Bagende Endit. Begitu ia mencabut tongkat itu tiba-tiba air menyembur keluar
dari bekas tancapan tongkat itu. Bersamaan dengan itu, kakek itu pun menghilang
entah kemana”
Pembaca dapat
membayangkan dan mengetahui bagaimana sifat kikir dan tamak Bagenda Endit,
sampai tega menganiaya seorang kakek renta yang hanya minta air.
3. Nilai Warisan Budaya
Dari cerita tersebut didapatkan warisan budaya berupa suatu
tempat wisata yang berada di daerah Garut, Jawa Barat. Yaitu tempat wisata Situ
Bagendit.
4. Nilai Keseimbangan Wawasan
Nilai keseimbangan wawasan yang bisa kita dapatkan dari cerita
ini adalah pengetahuan dari berbagai sudut pandang tentang bagaimana kita dapat
membawa diri kita agar menjadi orang yang baik hati, tidak kikir, dan tidak
tamak. Karena sifat kikir dan sifat buruk lainnya sendiri dapat menjerumuskan
kita dalam bahaya.
Sumber Cerita :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar